Kamis, 20 Desember 2012

paper problematika bahasa Indonesia di SD

PROBLEMATIKA PENGAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR
A.      Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia terdiri dari berbagai suku yang tinggal di beberapa pulau. Negara Indonesia memiliki bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat penting kedudukannya dalam kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, Bahasa Indonesia diajarkan sejak kelas 1. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi yang dijadikan status sebagai bahasa persatuan sangat penting untuk diajarkan sejak anak-anak.
Bahasa Indonesia tidak akan terlepas dari kebudayaan bangsa Indonesia karena bahasa Indonesia dijadikan alat berkomunikasi dengan berbagai suku di tanah air. Bahasa Indonesia memang diajarkan sejak anak-anak, tetapi model pengajaran yang baik dan benar tidak banyak dilakukan oleh seorang pengajar.
Namun kenyataannya pembelajaran di sekolah dasar belum sepenuhnya dapat terlaksana secara maksimal. Penyebabnya bisa dikarenakan faktor dari guru, siswa, lingkungan, media pembelajaran, kurangnya pembinaan dan pengembangan Bahasa Indonesia serta penyampaian materi yang kurang dapat dipahami siswa.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk memilih judul “Problematika Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar” untuk dibahas dalam paper.
B.       Rumusan Masalah
Apa sajakah problematika bahasa dan sastra Indonesia di sekolah dasar?
C.      Pembahasan
Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Untuk menjaga kelestarian dan kemurnian bahasa Indonesia maka diperlukan berbagai upaya. Contoh upaya untuk menjaga kemurnian bahasa Indonesia adalah dengan menuliskan kaidah-kaidah ejaan dan tulisan bahasa Indonesia dalam sebuah buku yang disebut dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD dapat digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan benar, baik komunikasi secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan upaya lain yang dapat digunakan untuk melestarikan bahasa Indonesia adalah dengan menanamkan bahasa Indonesia sejak dini.
Pada pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar sangat mengandalkan penggunaan metode-metode yang aplikatif dan menarik. Pembelajaran yang menarik akan memikat anak-anak untuk terus dan betah mempelajari Bahasa Indonesia sebagai bahasa ke-2 setelah bahasa ibu. Apabila siswa sudah tertarik dengan pembelajaran maka akan dengan mudah meningkatkan prestasi siswa dalam bidang bahasa. Di sebagian siswa, pembelajaran Bahasa Indonesia sangat membosankan karena mereka sudah merasa bisa dan penyampaian materi yang kurang menarik sehingga secara tidak langsung siswa.
Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan untuk bermacam-macam fungsi sesuai dengan apa yang ingin disampaikan oleh penutur. Dalam pelaksanaannya, bermacam-macam fungsi tersebut dapat dipadukan melalui berbagai kegiatan pembelajaran (bermain peran, percakapan mengenai topik tertentu, menulis karangan, dan sebagainya).Landasan formal pengajaran Bahasa Indonesia adalah Kurikulum Bahasa Indonesia yang ditetapkan oleh pemerintah. Dikemukakan dalam Kurikulum (GBPP) Bahasa Indonesia SD bahwa pengajaran Bahasa Indonesia pada hakikatnya belajar berkomunikasi dan peningkatan kemampuan siswa dalam berbahasa Indonesia lisan maupun tulisan.
Berdasarkan penjelasan dalam Kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia SD, bahwa bahan pembelajaran kebahasaan mencakup lafal, ejaan dan tanda baca, kosakata, struktur, paragraf, dan wacana. Lafal yang baik dan wajar perlu diperkenalkan sejak dini, termasuk cara pengucapan yang jelas dan intonasi yang wajar sesuai dengan situasi kebahasaan. Ejaan dan tanda baca diajarkan tahap demi tahap untuk membiasakan siswa menggunakannya baik untuk kegiatan membaca maupun menulis dengan tingkat ketelitian dan pemahaman yang tinggi. Ketelitian di dalam ejaan dan tanda baca diperlukan di dunia modern. Misalnya untuk memahami atau menyusun dokumen penting dan penggunaan komputer. Sarana penahapan dan penyebaran pembelajaran mengenai lafal, intonasi, ejaan, dan tanda baca, untuk siswa yang berkemampuan lebih tinggi, butir-butir pada tahapan kemudian dapat diperkenalkan lebih awal. Pembelajaran kosakata, struktur, paragraf, dan wacana bukan berupa penyajian kaidah atau peristilahan, melainkan berupa kegiatan memahami dan menggunakan kosakata dan struktur. Jadi, penekanan pembelajaran kosakata, struktur, paragraf, dan wacana bukan pada pembahasan bagian-bagian kalimat, paragraf, atau wacana, melainkan pada pengembangan gagasan melalui hubungan antar kalimat, antar kalimat dalam paragraf, dan antar paragraf menjadi wacana yang utuh.
Dapat dilihat bahwa kemampuan para siswasekolah dasar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Keterampilan yang ditekankan pada pembelajaran Bahasa Indonesia adalah keterampilan membaca, mendengarkan, berbicara dan menulis. Ketika para siswa membaca sebuah wacana secara bersama-sama, pada umumnya mereka telah dapat membaca dengan baik denga suara yang nyaring. Hanya saja lafal dan intonasinya masih harus diperbaiki. Salah satu contoh mereka belum dapat membedakan bagaimana pelafalan dan intonasi ketika membacakan kalimat langsung dan tidak langsung. Selain itu juga keberanian siswa serta keaktifannya dapat dilihat ketika perwakilan siswa menurut barisan tempat duduk mereka, disuruh untuk maju ke depan kelas untuk membacakan wacana yang telah ditulis di papan tulis. Bagi siswa yang aktif dan memiliki keberanian, mereka langsung mau maju ke depan untuk membaca tanpa harus dituntun oleh guru. Suara siswa tersebut ketika membaca juga terdengar lantang dan keras. Tapi sebaliknya, bagi siswa yang pasif dan kurang memiliki keberanian serta percaya diri, mereka harus ditunjuk terlebih dahulu agar mau membaca di depan kelas. Bahkan siswa seperti ini terkadang harus dirayu dulu agar mau membaca di depan kelas. Siswa yang pasif cenderung lebih pelan suaranya ketika membaca. Hal ini disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri yang mereka miliki.
Namun permasalahannya, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang diberikan guru terkadang siswa tidak bersemangat atau tidak berminat dalam pembelajaran sehingga siswa menjadi pasif (tidak aktif), siswa mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia tidak ada niat, tidak ada gairah dan keseriusan. Jika guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan, siswa hanya diam, tidak ada yang menjawab atau merespon guru. Keterampilan berbicara siswa masih kurang, siswa belum terampil dalam mengemukakan pendapat, ide dan pikiran baik melalui pertanyaan maupun dalam bentuk pernyataan maupun pertanyaan. Siswa kurang terampil dalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Khususnya saat pembelajaran Bahasa Indonesia, masih banyak siswa yang menggunakan bahasa daerah sehari-hari. Dalam bahasa tulis, masih banyak siswa yang tidak memahami tentang ejaan, misalnya penggunaan paragraf dan lain-lain. Belum lagi masalah bahasa tulis yang masih terbawa bahasa lisan yang merupakan bahasa daerah.
Hal lain yang dapat mendorong anak aktif dalam pembelajaran adalah suasana kelas yang hangat, dalam arti harmonis dan penuh kekeluargaan, sehingga anak merasa nyaman dalam pembelajaran, tidak ada perasaan takut dan tegang terhadap guru, untuk itu guru perlu bersikap ramah dan bijaksana, jangan menjadi guru yang Killer, otoriter merasa paling benar dan tidak mau dikritik. Kecuali itu, guru harus menciptakan komunikasi tiga arah yaitu guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa agar semua siswa turut aktif dalam pembelajaran.
Untuk meningkatkan keterampilan berbicara, siswa perlu diberi banyak latihan, misalnya diberi kesempatan bertanya, lebih sering disuruh maju ke depan kelas untuk membaca puisi, bermain drama dan lain-lain. Hal tersebut dimaksudkan melatih mental para siswa agar berani tampil di depan kelas. Kalau mental siswa sudah bagus tinggal membimbing dan membina kemampuan dan keterampilan siswa dalam berbicara. Pada umumnya, keterampilan berbicara seseorang didukung oleh pengetahuan dan wawasan yang ia miliki, terkadang seseorang bingung apa yang harus ia ungkapkan dan bicarakan karena tidak adanya pengetahuan yang ia miliki. Oleh karena itu, untuk meningkatkan keterampilan berbicara, siswa perlu menambah pengetahuan dan memperluas wawasan sehingga siswa dapat berbicara dengan baik. Kegiatan pembelajaran dalam bentuk diskusi juga turut membantu melatih latihan siswa untuk mengemukakan pendapatnya, sanggahan, alasan dan argumentasi secara lisan.
Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dikalangan siswa masih kurang, khususnya pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia, hal ini disebabkan karena kurangnya kosakata Bahasa Indonesia yang dimiliki anak, kebiasaan siswa menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari masih terbawa kedalam proses pembelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut, siswa perlu dibiasakan untuk menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar saat pembelajaran, siswa harus lebih banyak membuka kamus Bahasa Indonesia untuk mempelajari kosakata Bahasa Indonesia agar dapat menggunakan pilihan kata yang tepat. Selain itu untuk melatih kemampuan siswa dalam berbahasa Indonesia, alangkah lebih bagusnya kalau siswa banyak mendengarkan berita-berita dan pidato-pidato berbahasa Indonesia sehingga telinga anak terbiasa mendengar lafal-lafal yang tepat dalam Bahasa Indonesia.
Hal lain yang tidak kalah penting, guru harus menegur anak yang melakukan kesalahan-dalam berbahasa Indonesia, jika tidak ditegur maka siswa akan terbiasa dengan kesalahan tersebut tanpa ia sadari kalau apa yang ia ucakan itu kurang tepat dalam berbahasa Indonesia. Untuk itu guru perlu memiliki pengetahuan tentang pengguanaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, seperti diksi, lafal, intonasi, dan lain-lain.
Dalam hal ini peran guru sangat diperlukan untuk memotivasi siswa agar dapat berperilaku aktif dalam kegiatan belajar. Buat siswa senyaman mungkin ketika guru memberikan materi pelajaran. Jangan sekali-kali mengatakan SALAH jika siswa melakukan suatu kesalahan. Guru dapat mengatakan “jawabannya kurang tepat” atau kata-kata yang lainnya agar tidak melemahkan keinginan dan semangat siswa untuk menjawab suatu pertanyaan yang diajukan guru. Sehingga siswa dapat menggali lagi pengetahuan mereka sampai mereka dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat.
Kesalahan dalam bahasa tulis seperti penggunaan tanda baca, huruf besar, paragraf, dan lain-lain disebabkan karena siswa kurang mengetahui kaidah-kaidah yang benar. Oleh karena itu, penggunaan bahasa tulis yang benar perlu diajarkan pada siswa sejak dini, selagi siswa masih kecil dan ingatannya masih bagus sehingga tertanam kemampuan menulis yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan pada diri anak, dan menjadi kebiasaan yang baik hingga anak dewasa, jangan sekali-kali guru membiarkan saja siswa yang melakukan kesalahan dalam bahasa tulis, guru perlu mengingatkan siswa dan menyuruh siswa memperbaikinya. Sehingga perlu adanya pembinaan dan pengembangan Bahasa Indonesia di sekolah dasar.
Pembinaan dan pengembangan Bahasa Indonesia tidak dapat dipisahkan. Keduanya memiliki hubungan saling mengisi dan merupakan proses yang berjalan sejajar. Tapi dalam kenyataannya penggunaan bahasa Indonesia ini tidak sejalan. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengajaran pembinaan Bahasa Indonesia adalah tujuan, siswa, lingkungan (yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat) dan sarana (kurikulum, guru, metode, alat pengajaran dan evaluasi). Tujuan maksudnya adalah tujuan pengajaran harus mencakup tiga aspek yaitu pemahaman, keterampilan dan sikap. Secara operasional rumusan tujuan harus dapat di evaluasi sehingga dapat diketahui tujuan berhasil atau tidak. Murid adalah sebagai subjek didik harus diperhatikan, karena bagi murid yang baru pandai berbahasa Indonesia maka guru akan lebih mudah dalam menyampaikan materi ajar dan cepat dapat dipahami murid. Lingkungan maksudnya lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat mempengaruhi.

Komponen- komponen yang mempengaruhi keberhasilan pembinaan bahasa Indonesia di SD adalah sebagai berikut :
1.    Masyarakat Indonesia yang akan dibina.
2.    Proses pembinaan.
3.    Hasil pembinaan
4.    Perangkat alat pembinaan.
5.    Keadaan masyarakat.
Usaha-usaha yang dapat ditempuh dalam mengatasi masalah proses pembinaan bahasa Indonesia di SD adalah sebagai berikut :
a)    Peranan guru bahasa Indonesia dalam pembinaan bahasa Indonesia contohnya, dalam pengajaran bahasa Indonesia guru dapat membimbing anak untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Disini guru harus kreatif dalam menampilkan materi-materi ajarnya, sehingga anak tidak bosan, khusus dalam pelajaran Bahasa Indonesia guru harus bias mengembangakan ke empat asfek kebahasaan (mendengar, membaca, menulis dan berbicara) atau paling kurang tiga asfek saja.
b)   Pembinaan Bahasa Indonesia dalam pengajaran di sekolah. Tidak hanya dalam pelajaran bahasa Indonesia saja guru dapat melakukan pembinaan berbahasa Indonesia tapi dapat dilakukan disemua mata pelajaran baik dalam kelas maupun di lapangan. Yang penting apabila anak berada dilingkungan sekolah semua peserta didik, pengajar ataupun pegawainya diharuskan untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dari situ anak dan semua warga sekolah terbiasa berbahasa yang baik. Kalau anak didik telah pandai berbahasa Indonesia yang baik maka proses belajar mengajar di sekolah akan lebih lancar, komunikasi akan lancar dan materi–materi pelajaran akan mudah dipahami anak, dan tujuan pembelajan akan dapat dicapai dengan optimal.
c)    Menghilangkan rasa malu untuk selalu berbahasa Indonesia, dengan catatan tidak meninggalkan bahasa daerah setempat.
d)   Menumbuhkan rasa cinta tanah air dengan menggunakan bahasa persatuan, bahasa Indonesia, dapat disampaikan melalui mata pelajaran PKN.
D.      Penutup
·         Simpulan
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, akan menjadi sangat efektif, bermakna, dan berhasil mencapai tujuan jika guru mempertimbangkan berbagai faktor yang ada pada siswanya seperti motivasi, tipe belajar, lingkungan belajar yang disenangi, kelemahan dan kelebihan yang dimiliki siswa.
Peran aktif guru dalam penyampaian materi pelajaran Bahasa Indonesia di kelas sangat menentukan diterima atau tidaknya pesan dan informasi oleh siswa. Kesalahan-kesalahan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia harus dapat dijadikan motivasi siswa untuk belajar memperbaiki kesalahan tersebut dan mengetahui kebenaran atas kesalahan tersebut.Di sinilah peran guru untuk meluruskan dan mengarahkannya.
·        Saran
Dengan demikian guru bahasa Indonesia khususnya dan semua guru pada umumnya dapat membina proses penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan sekolah dasar sehingga bahasa bahasa Indonesia dapat disesuaikan dengan fungsinya sebagai bahasa pengantar dilembaga pendidikan formal.
Guru sebagai faktor yang mempengaruhi proses pembinaan bahasa Indonesia di lingkungan sekolah Dasar agar dapat menjalankan fungsi bahasa itu sebagai alat komonikasi dalam proses belajar dan mengajar. Guru juga dapat menanggulangi atau mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dalam proses pembinaan bahasa Indonesia di SD.



DAFTAR PUSTAKA


Budiarsana, Inyoman. 2011. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD. http://inyomanbudiarsana.blogspot.com/2011/11/tujuan-pembelajaran-bahasa-indonesia-di.html. (19 September 2012).
Napitupulu, Silva. 2009. Proses pembinaan dan pengembangan Bahasa Indonesia dilingkungan Sekolah Dasar. http://sillpanapitupulu.blogspot.com/ 2009 / 10/proses-pembinaan-dan-pengembangan.html. (19 September 2012).
Rivaldi, Anton. 2011. Problematika Pengajaran Bahasa Indonesia. http://id.shvoong.com/law-and-politics/1776918-problematika-pengajaran-bahasa-indonesia/#ixzz26jIOSmIf. (18 September 2012).














Tidak ada komentar: