-->
PERKEMBANGAN
KURIKULUM DI INDONESIA KHUSUSNYA DI SEKOLAH DASAR
Dari tahun ke tahun kurikulum yang
terdapat di setiap negera berubah-ubah sesuai
dengan kebutuhan masyarakat yang berkembang dewasa ini dan juga kondisi
serta tuntutan zaman. Untuk menyesuaikan dengan zaman, kurikulum mengalami
perkembangan. Perkembangan itu terjadi pada kurikulum di Indonesia. Perkembangan kurikulum ini dianggap menjadi penentu masa depan
anak bangsa. Sebagai bangsa yang pernah dijajah, kurang lebihnya Indonesia akan
terpengaruh oleh kurikulum pendidikan dari Negara yang dulu pernah menjajah
Indonesia. Oleh karena itu, perlu dikaji untuk mengetahui bahwa Indonesia
saat ini kurikulumnya masih berkaitan dengan kepentingan penjajah dulu.
Setidaknya, ketika fisik penjajah itu pergi, mereka tetap ada melalui kurikulum
yang diturunkan pada Negara bekas jajahannya.
A.
Perkembangan Kurikulum Sekolah Dasar Di Indonesia
Adapun perkembangan kurikulum di
Indonesia dapat dibagi dalam beberapa fase, sebagai berikut:
1.
Periode sebelum tahun 1945
Ø Kurikulum pada masa VOC
Pada masa VOC walaupun tak ada kurikulum yang ditentukan biasanya
sekolah menyajikan pelajaran tentang ketekismus, agama, juga membaca, menulis
dan menyanyi. Peraturan hanya menentukan bahwa anak pria lebih dari usia 16
tahun dan anak wanita lebih dari 12 tahun hendaknya jangan dikeluarkan dari
sekolah. Pembagian dalam 3 kelas untuk pertama kali di mulai pada tahun 1778.
Di kelas 3, kelas terendah, anak-anak belajar abjad, di kelas 2 membaca,
menulis, dan bernyanyi dan di kelas 1, kelas tertinggi : membaca, menulis,
katekismus, bernyanyi dan berhitung.
Ø Kurikulum sebelum 1892 ( Sebelum
Reorganisasi)
Sebelum 1892 sekolah rendah tidak mempunyai kurikulum yang
uniform walaupun dalam peraturan 1871 ada petunjuk yang menentukan kegiatan
sekolah. Ada 4 mata pelajaran yang diharuskan, yakni membaca, menulis, bahasa
(bahasa daerah dan bahasa melayu), serta berhitung. Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa melayu.
Ø Kurikulum Setelah 1892 ( Setelah
Reorganisasi)
Kurikulum sekolah ini seperti ditentukan dalam peraturan
1893 terdiri atas pelajaran membaca dan menulis dalam bahasa daerah dalam huruf
daerah dan latin, membaca dan menulis dalam bahasa Melayu, berhitung, ilmu bumi
Indonesia, ilmu alam, sejarah pulau tempat tinggal, menggambar
dan mengukur tanah.
Ø Kurikulum Sekolah Kelas Dua
Disebut Sekolah Kelas Dua karena orang-orang yang sekolah
disana khusus sebagian kecil rakyat. Sekolah ini akan mempersiapkan berbagai
ragam pegawai rendah untuk kantor pemerintah dan perusahaan swasta.
Disamping itu juga untuk mempersiapkan guru bagi Sekolah Desa.
Ø Kurikulum VolkSchool
Kurikulum ini muncul seiring dengan kebutuhan rakyat yang
pada saat itu banyak buta huruf dan tidak bisa berhitung. Akan tetapi, sekolah
ini tetap saja dirasa tidak memenuhi keinginan murid untuk melanjutkan
pelajarannya. Pada akhirnya, sekolah desa ini menjadi substruktur dari Sekolah
Kelas Dua dengan mengadakan perbaikan kurikulum Sekolah Desa.
Ø Kurikulum ELS (Europese Lagere
School)
Kurikulum terdiri atas pelajaran membaca, menulis,
berhitung, bahasa Belanda, sejarah, ilmu bumi dan mata pelajaran lainnya.
Sedangkan pelajaran agama ditiadakan. Pada tahun 1868 bahasa prancis
diajarkan dan merupakan syarat untuk masuk ke sekolah Belanda.
Ø Kurikulum HCS (Holland Chinese
School)
HCS mempunyai dasar yang sama dengan ELS. Bahasa Perancis
biasanya diajarkan pada sore hari seperti halnya dengan bahasa Inggris, yang sebenarnya
tidak diberikan kepada ELS.
Ø Kurikulum HIS (Holland Inlandse
School)
Kurikulum HIS seperti yang tercantum dalam Statuta 1914 No.
764 meliputi semua mata pelajaran. Lulusannya bisa melanjutkan ke STOVIA (School
tot Opleiding van Indisce Artsen, Sekolah “Dokter Djawa”) dan MULO. Selain itu
mereka memasuki Sekolah Guru, Sekolah Normal, Sekolah Teknik, Sekolah Tukang,
Sekolah Pertanian, Sekolah Menteri Ukur, dan lain-lain.
Ø Kurikulum MULO (Meer Uitgebreid
Lager Onderwijs)
MULO merupakan sekolah pertama yang tidak mengikuti pola
pendidikan Belanda, namun tetap berorientasi pada Barat dan tidak mencari
penyesuaian dengan keadaan Indonesia. Programnya terdiri atas empat bahasa
yakni, belanda, Perancis, Inggris dan Jerman. Kursus MULO
ini dibuka pada tahun 1903. Kursus ini dimaksud sebagai sekolah rendah.
Ø Kurikulum HBS (Hogere Burger School)
Yang diajarkan tampaknya universal. Bahannya dapat berubah
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, namun mata pelajarannya tetap
sama. Siswa HBS harus mempunyai bakat yang tinggi dalam IPA, matematika ataupun
bahasa. Untuk gurunya hanya mereka yang memperoleh gelar Ph.D (Doktor) atau
diploma yang boleh mengajar.
B.
Periode Tahun 1945 Sampai Tahun 1968 (Masa Kemerdekaan dan Pemerintahan Orde
Lama)
1) Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai
istilah dalam bahasa Belanda leer plan artinya rencana pelajaran. Perubahan
arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum
yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan Rentjana Pelajaran 1947 yang baru
dilaksanakan pada tahun 1950.
Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti
sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu
masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai
development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa
lain di muka bumi ini. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada
pendidikan pikiran.
2) Kurikulum 1952
Pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci
setiap mata pelajaran yang kemudian diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai
1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang
paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana
pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari. Silabus mata pelajarannya menunjukkan secara jelas bahwa seorang
guru mengajar satu mata pelajaran, (Djauzak Ahmad, Dirpendas periode1991-1995).
3) Kurikulum 1964
Menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan
sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964.
Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini
adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan
akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik,
2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan
jasmani. Ada yang menyebut Panca wardhana berfokus pada pengembangan dayacipta,
rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima
kelompok bidang studi : moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan
(keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
C.
Periode Tahun 1968 Sampai Tahun 1999
(Masa Pemerintahan Orde Baru)
1.Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada
upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Dalam kurikulum ini tampak dilakukannya perubahan struktur
kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan
dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kurikulum 1968 menekankan
pendekatan organisasi materi pelajaran : kelompok pembinaan
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
2.
Kurikulum 1984
Kurikulum ini juga sering disebut "Kurikulum 1975 yang
disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL). CBSA
merupakan suatu upaya dalam pembaharuan pendidikan dan pembelajaran pada
saat itu. Pendekatannya
menitikberatkan pada keaktifan siswa yang merupakan inti dari kegiatan
belajar.
3. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum
1999
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan
kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Banyak kritik
berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari
muatan nasional sampai muatan lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan
kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan
daerah, dan lain-lain. Akhirnya, Kurikulum 1994
menjelma menjadi kurikulum super padat.
4.
Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) Kurikulum 2006
Dalam kurikulum 2004
ini, para murid dituntut aktif mengembangkan keterampilan untuk menerapkan
IPTEK tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antar
siswa saling berkompetisi. Jadi di sini, guru hanya bertindak sebagai
fasilitator, namun meski begitu pendidikan yang ada ialah pendidikan untuk
semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek, namun subjek. Dan
setiap kegiatan siswa ada nilainya.
Setiap kurikulum
yang pernah dipakai masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan
KTSP dibandingkan dengan kurikulum pendahulunya adalah bahwa KTSP dapaty
mendorong terwujudnya otonomi penyelenggaraan pendidikan oleh Sekolah. Dengan
otonomi tersebut, sekolah bersama dengan komite sekolah dapat secara
bersama-sama merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan
kondisi lingkungan sekolah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar